Penulis: Dimas Widyastomo | Ardian Saputra | Shinta dewi Boesjra | Siti Chairunnisah

BINUS University dalam kemitraan dengan Bank Indonesia kembali menghadirkan dua sesi seminar dalam program Bank Indonesia (BI) Corner di tahun 2021. BI Corner merupakan salah satu program kemitraan dengan dunia akademik yang bertujuan untuk meningkatkan literasi ekonomi dan keuangan. Fasilitas yang disediakan bagi civitas kampus mulai dari koleksi bacaan, program bedah buku, seminar/kuliah umum, mau pun kompetisi mahasiswa.

BI Corner mengadakan dua kegiatan seminar yang dengan tema Fintech sebagai hal yang banyak diperbincangkan dalam masa pandemi ini. Dua perusahaan yang mengisi sesi BI Corner tahun ini adalah DANA dan Stripe. DANA merupakan salah satu perusahaan dompet digital besar di Indonesia yang terus melakukan edukasi keuangan digital pada masyarakat. Stripe adalah perusahaan teknologi yang membangun infrastruktur ekonomi untuk internet, yakni menerima pembayaran dan mengelola bisnis kliennya secara online.

Gambar 1. Sesi Webinar DANA (Sumber: BINUS Collaboration Center)

Gambar 2. Sesi Webinar oleh Stripe dan Bank Indonesia (Sumber: BINUS Collaboration Center)

DANA dalam presentasinya menyampaikan bahwa peluang pasar bagi fintech sangat besar karena didukung oleh kepemilikan smartphone yang sangat besar pada negara-negara ASEAN, terutama Indonesia yang mencapai 45% dari populasinya. Pertumbuhan cepat pasar fintech di Indonesia juga didorong oleh kecilnya jumlah populasi yang sudah memiliki rekening bank (35%) sehingga fintech masuk dengan penyediaan jasa bank yang lebih mudah dan cepat untuk melayani kebutuhan finansial masyarakat. Jika membandingkan kesadaran banking antara ASEAN dengan Eropa dan Amerika Serikat, maka dapat dilihat bahwa kesadaran banking masyarakat ASEAN masih sangat rendah sementara kebutuhan finansial/banking sebenarnya sudah tinggi dan juga karakter konsumen yang tidak suka dengan proses berbelit seperti yang dilakukan oleh bank.

Fokus yang dilakukan oleh DANA saat ini adalah mendorong transformasi digitalisasi pada masyarakat terutama pada UMKM yang 70% masih menggunakan pembayaran tunai saat ini. Indonesia sendiri memiliki sekitar 65 juta UMKM sehingga potensi digitalisasi pembayaran sangat besar.

Stripe memaparkan dalam presentasinya mengenai tren bisnis keuangan pada masa lampau, kini dan masa depan. Stripe juga membahas apa saja tantangan yang dihadapi dan model bisnis Application Programming Interface (API), bagaimana valuasi dan strategi exit bisnisnya sebagai startup, terakhir juga membahas regulasi dalam bisnis API.

Dalam kompetisi fintech yang ketat seperti digital wallet & lending, Bapak Ongki Kurniawan, Country Head Stripe mengatakan Stripe fokus pada model memberikan kemampuan perantara payment untuk bisnis online (split payment, billing, revenue management, lending). Stripe juga menjelaskan banyaknya investor yang menaruh kepercayaan/ funding pada industri fintech pada masa pandemi ini yang merupakan golden moment bagi work group fintech. Jika valuasi sudah tinggi, startup fintech dapat memilih beberapa exit strategy yang populer seperti akuisisi merging dan IPO.

Bank Indonesia menjelaskan bahwa dengan naiknya tren digitalisasi perbankan & payment, diperlukan menjaga balance transformasi digital antara fintech dan bank. Regulasi pada bank akan disesuaikan dengan penuh ketelitian agar tidak membahayakan ekonomi nasional. Bank Indonesia juga turut mendorong transformasi pembayaran digital dan digital banking pada UMKM dengan standarisasi QRIS. Pada sisi lain, Bank Indonesia juga mendorong konsumsi melalui non tunai seperti penurunan suku bunga kartu kredit, penyaluran bansos non tunai. Dan terakhir, Bank Indonesia sedang menyiapkan akselerasi blue print sistem pembayaran untuk tahun 2025.